3.1.1 Calorific Value atau CV, satuan cal/gr atau kcal/kg
CV sangat berpengaruh terhadap pengoperasian pulverizer/mill, pipa
batubara dan windbox, serta burner. Semakin tinggi CV maka aliran batubara
setiap jam-nya semakin rendah sehingga kecepatan coal feeder
harus disesuaikan. Untuk batubara dengan kadar kelembaban dan tingkat
ketergerusan yang sama, maka dengan CV yang tinggi menyebabkan pulverizer akan
beroperasi di bawah kapasitas normalnya (menurut desain), atau dengan kata lain
operating ratio-nya menjadi lebih rendah
3.1.2 Kadar kelembaban (Moisture,
satuan %)
Hasil analisis untuk kelembaban terbagi menjadi free
moisture (FM) dan inherent moisture (IM). Adapun jumlah
dari keduanya disebut dengan total moisture (TM). Kadar kelembaban
mempengaruhi jumlah pemakaian udara primernya. Batubara berkadar kelembaban
tinggi akan membutuhkan udara primer lebih banyak untuk mengeringkan batubara
tersebut pada suhu yang ditetapkan oleh output pulveriser
3.1.3 Volatile
Matter atau VM, satuan %
Kandungan VM mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas api.
Penilaian tersebut didasarkan pada perbandingan antara kandungan karbon (fixed
carbon) dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan bakar (fuel ratio).
Semakin tinggi nilai fuel ratio maka jumlah karbon di dalam batubara yang tidak
terbakar juga semakin banyak. Kemudian bila perbandingan tersebut nilainya
lebih dari 1.2, pengapian akan kurang bagus sehingga mengakibatkan kecepatan
pembakaran menurun
3.1.4 Ash content,
satuan %
Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar
dan daerah konveksi dalam bentuk abu terbang (fly ash) yang jumlahnya mencapai
80% , dan abu dasar sebanyak 20%. Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan
mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan, dan korosi peralatan yang
dilalui.
3.1.5 Fixed Carbon
atau FC, satuan %
Nilai kadar karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan jumlah
kadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai ini semakin
bertambah seiring dengan tingkat pembatubaraan. Kadar karbon dan jumlah zat
terbang digunakan sebagai perhitungan untuk menilai kualitas bahan bakar, yaitu
berupa nilai fuel ratio sebagaimana dijelaskan di atas
3.1.6 Sulfur
content, satuan %
Kandungan sulfur dalam batubara terbagi dalam pyritic sulfur, sulfate
sulfur, dan organic sulfur. Namun secara umum, penilaian kandungan sulfur dalam
batubara dinyatakan dalam Total Sulfur (TS). Kandungan sulfur berpengaruh
terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada elemen pemanas udara,
terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari pada titik embun sulfur,
disamping berpengaruh terhadap efektivitas penangkapan abu pada peralatan
electrostatic precipitator
3.1.7 Ukuran (Coal
size)
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus (pulverized coal
atau dust coal) dan butir kasar (lump coal). Butir paling halus untuk ukuran
maksimum 3mm, sedangkan butir paling kasar sampai dengan ukuran 50mm
3.1.8 Tingkat ketergerusan (Hardgrove Grindability Index atau HGI)
kinerja pulveriser atau mill dirancang pada nilai
HGI tertentu. Untuk HGI lebih rendah, kapasitasnya harus beroperasi lebih
rendah dari nilai standarnya pula untuk menghasilkan tingkat kehalusan (fineness) yang sama
0 komentar:
Post a Comment